Lupakan soal jalan cerita karena demi gue yang ganteng ini, Pacar Hantu Perawan adalah film paling nggak berperi kemanusiaan yang adil dan beradap, yang pernah dibuat oleh hewan. Ups, maaf ya kalo kasar banget. Habis gue mesti marah sama siapa dong? Masa iya gue mesti nyalahin emak gue? Tetangga gue? Guru SD gue? Nggak, nggak, gue pasti nyalahin lo, om E’ek Raj. Karena pada titik ini elo udah beneran keterlaluan. Lo udah melakukan pembodohan masal. Dan mempermalukan muka lo sendiri. Dan menyeret-nyeret muka perfilman bangsa gue. Eh, ralat, gue lupa, om E’ek kan uda nggak punya muka ya. Pantesan...
Gue yakin film ini dibikin tanpa
naskah. Kalopun iya, palingan naskahnya cuma satu yang sebenarnya kosong
karena sebelum take adegan, sang sutradara (sebut saja Yoyok Dumprink ;Red) dan tentu saja sang produser yang memakai kacamata kuda (sebut saja KKD ;Red) cuma memberi intruksi seperti berikut: “Heh banci kaleng, ntar lo pokoknya manja-manja aja ama Natha Narita. Trus buat lo Sisik (panggilan sayang KKD untuk Depe),
lo ntar ngebacot sambil pasang ekspresi sensual biar taktik marketing
kita yang bilang meki lo udah virgin lagi bisa kebukti! Dan terakhir
buat kalian jeng Misa sama Jeng Vicky, ntar kalian ngikuti instruksi
dari anak buah gue disana aja, maklum, gue gak bisa bacot inggris,
Cint!”
Lalu bagaimana dengan departemen
akting? Oh lupakan, hampir nggak ada yang bisa dibangga-banggain dari
film ini. Dewi Perssik, makin lama aktingnya tuh makin apa banget deh.
Mending lo baca koran aja di rumah. Pasangan ternajis abad ini, Natha
Naritha dan Rafi Cinaoun, ya ampun, ga ada artis lain yang rada benaran
dikit ya? Jonathan Frizzy, no komen ah. Maklum deh, aktor gak laku
pengen eksis. Vicky Vette, kok gue agak gimana gitu ya liat payudara big
size lo yang diekspos terlalu berlebihan. Mungkin selain akting Misa
Campo yang kebetulan masih ada hubungan darah sama gue,
hanya Olga Syahputra dengan bulu matanya yang rancak bana itu, yang
bisa deh sedikit membuat gue tersenyum ala kadarnya. Selebihnya,
ijinkan gue dengan segala kerendahan hati melempar tai gue ke layar
bioskop! Dan menyuruh ke seluruh jaringan 21 untuk tidak memutar film
ini!
Film ini sampah banget deh. Selain
soal logika cerita yang begitu merendahkan intelijensia seorang manusia.
Ada juga soal pemotongan adegan yang amat-sangat-sangat tidak
berperikehewanan. Mungkin lebih ke soal gimana cara pihak LSF menyiasati
agar film tai kayak gini bisa tayang. Hingga film yang emang dari
asalnya udah menjijikan, terlihat makin menjijikan. Guess what, salah
siapa? Tentu aja salah om E’ek. Karena berkat ketololannya, draft awal Pacar Hantu Perawan
disensor habis-habisan sampe dia mesti melakukan syuting ulang untuk
menambah durasi yang hilang hingga akhirnya durasi berjalan 70 menit
lebih. Karena jelas dengan durasi 60 menit, pihak bioskop nggak akan mau
memutar. Dan cara untuk mengakali adalah dengan memberi prolog kredit
ternggak jelas dan terlama sepanjang hewan pernah membuat film.
Hell, demi keamanan dunia, please
jangan tonton film ini. Cukup gue aja deh,toh gue kan niatnya nonton
cuma buat review. Udah kalian tonton film bermutu aja. Jangan bikin E’ek
Raj kesenengan karena filmnya laku. Karena kalo hal ini sampe terjadi,
dia malah bakal lebih heboh memproduksi tai-tai lagi. Please ya, jangan
di tonton. Biarkan om E’ek bangkrut dan membuka pabrik garmen aja.
Setidaknya dia nggak perlu sok tau membuat film dengan insting bisnisnya
yang patut diacungi jari tengah. Dari sini saja, bisa kita bandingkan
bahwa Nayato akan langsung terlihat seperti Terrence Malick jika
disejajarkan dengan E’ek Raj yang hanya tampak seperti seekor semut yang
bentar lagi bakal gue injek-injek!
Sekali lagi, KK Dheeraj melemparkan
tai di muka perfilman nasional. Tapi kali ini dengan dosis yang sudah
tak bisa dimaafkan. Melebihi dosis nista pada film-film dia sebelumnya.
Bikin gue terheran-heran dan serius mikir di gunung 2 hari 2 malam
mengenai tingkah polah produser idiot hasil persilangan kuntilanak dan
pocong satu ini. Apa sih maksud dia melakukan semua hal-hal yang tidak
sepantasnya dilakukan oleh manusia? Kalo memakai alasan demi memberikan
kontribusi bagi perfilman tanah air, mending lo mencret aja di WC umum.
Kalo pengen kaya tanpa memikirkan stigma apa yang di racunkan pada
masyarakat Indonesia, yang sudah bosan dengan tontonan payudara kalo
lewat internet saja mereka sudah puas dan nggak merasa di bodohi,
mending lo mati aja buru-buru. Gara-gara ulah lo, penonton Indonesia
semakin jengah dengan film bangsanya sendiri. Membuat mereka
mengagung-agungkan produk luar negeri yang sudah jelas lebih segalanya.
Dan yang paling parah lagi, menganak tirikan hal yang seharusnya mereka
banggakan. Film Indonesia dipandang sebelah mata. Diacuhkan. Dilecehkan.
Miris banget!